Selasa, 31 Desember 2013

radikal bebes

Pengertian radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Akibat pemecahan homolitik, suatu molekul akan terpecah menjadi radikal bebas yang mempunyai elektron tak berpasangan. Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, sehingga molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul lain, membentuk radikal baru.
 Tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas ini, hanya saja bila jumlahnya berlebihan, maka kemampuan untuk menetralisirnya akan semakin berkurang.
Radikal bebas yang mengambil elektron dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga terjadi mutasi. Bila perubahan DNA ini terjadi bertahun-tahun, maka dapat menjadi penyakit kanker.

Sumber radikal bebas
Sumber radikal bebas, baik endogenus maupun eksogenus terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Yang pertama pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tak reaktif.
Sumber endogenus dapat melewati autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transpor elektron di mitokondria, oksidasi ion-ion logam transisi, atau melalui ischemic. Autoksidasi adalah senyawa yang mengandung ikatan rangkap, hidrogen alilik, benzilik atau tersier yang rentan terhadap oksidasi oleh udara.
Sedangkan sumber eksogenus radikal bebas yakni berasal dari luar sistem tubuh, diantaranya sinar UV. Sinar UVB merangsang melanosit memproduksi melanin berlebihan dalam kulit, yang tidak hanya membuat kulit lebih gelap, melainkan juga berbintik hitam.
Radikal bebas yang ada ditubuh manusia berasal dari 2 sumber :

A.Sumber endogen
1.      Autoksidasi :
Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi.
2.      Oksidasi enzimatik
Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase (activated in ischemia-reperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase. Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor.
3.      Respiratory burst
Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPH-oxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri.

B. Sumber eksogen
1.      Obat-obatan :
Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat  dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak.
2.      Radiasi :
Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler.
3.      Asap rokok :
Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain seperti nitrit oksida, radikal peroksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar.

Penyebab radikel bebas
Sinar ultraviolet matahari antara pukul 10.00 – 15.00, polusi asap rokok dan pabrik, alkohol, emisi kendaraan bermotor adalah faktor eksternal yang memacu pembentukan radikal bebas di dalam tubuh. Setiap kali bernapas dengan menghirup oksigen pasti terjadi oksidasi yang menghasilkan sisa-sisa oksidasi yang disebut oksidan. Oksidan inilah yang juga membentuk radikal bebas .
Selain itu, kelebihan gizi merupakan faktor internal pembentukannya. Dalam makanan kita sehari-hari sebaiknya tidak kelebihan lemak, vitamin, protein, dan sebagainya. Karena ketika tubuh kita mencerna makanan, selain menghasilkan energi, juga menghasilkan radikal bebas sebagai bagian dari proses metabolisme tubuh.
Bahaya radikel bebas

Sebagai molekul yang tidak stabil, radikel bebas senantiasa menyerobot elektron molekul lain. Ini dapat menghancurkan bangunan dan struktur sel-sel tubuh serta mengubah ukuran dan bentuknya. Kerusak sel akan merugikan kesehatan.

Radikel bebas yang berlebihan dapat memicu dan memperparah penyakit jantung, penyakit infeksi, tumor dan kanker, penyakit mata (seperti katarak, glaukoma), penyakit kulit (seperti alergi, dermatitis) serta mempercepat proses penuaan.

Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi nyata. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah serangan jantung,kanker, katarak dan menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan.

Pembentukan radikal bebas dalam sel
Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida.
Dalam kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan energi tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan.


Gambar 2. Sistem oksigen aktif

 Struktur kimia Radikal bebas

Atom terdiri dari nukleus, proton, dan elektron. Jumlah proton (bermuatan positif) dalam nukleus menentukan jumlah dari elektron (bermuatan negatif) yang mengelilingi atom tersebut. Elektron berperan dalam reaksi kimia dan merupakan bahan yang menggabungkan atom-atom untuk membentuk suatu molekul. Elektron mengelilingi, atau mengorbit suatu atom dalam satu atau lebih lapisan. Jika satu lapisan penuh, elektron akan mengisi lapisan kedua. Lapisan kedua akan penuh jika telah memiliki 8 elektron, dan seterusnya. Gambaran struktur terpenting sebuah atom dalam menentukan sifat kimianya adalah jumlah elektron pada lapisan luarnya. Suatu bahan yang elektron lapisan luarnya penuh tidak akan terjadi reaksi kimia. Karena atom-atom berusaha untuk mencapai keadaan stabilitas maksimum, sebuah atom akan selalu mencoba untuk melengkapi lapisan luarnya dengan :
  1. Menambah atau mengurangi elektron untuk mengisi maupun mengosongkan lapisan luarnya.
  2. Membagi elektron-elektronnya dengan cara bergabung bersama atom yang lain dalam rangka melegkapi lapisan luarnya.

Atom sering kali melengkapi lapisan luarnya dengan cara membagi elektron-elektron bersama atom yang lain. Dengan membagi elektron, atom-atom tersebut bergabung bersama dan mencapai kondisi stabilitas maksimum untuk membentuk molekul.
Oleh karena radikal bebas sangat reaktif, maka mempunyai spesifitas kimia yang rendah sehingga dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan DNA.
Dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut.

Gambar 1. Struktur kimia radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk in-vivo dan in-vitro secara :
1.      Pemecahan satu molekul normal secara homolitik menjadi dua. Proses ini jarang terjadi pada sistem biologi karena memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar ultraviolet, panas, dan radiasi ion.
2.      Kehilangan satu elektron dari molekul normal
3.      Penambahan elektron pada molekul normal

Pada radikal bebas elektron yang tidak berpasangan tidak mempengaruhi muatan elektrik dari molekulnya, dapat bermuatan positif, negatif, atau netral.

Pertayaan.....???
1.bagaimana cara anda mengatasi jika radikal bebas berlebih dalam tubuh???
2.mengapa radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya???










Senin, 30 Desember 2013

kontrol kinetika dan kontrol termodinamika senyawa organik



 KONTROL KINETIKA DAN KONTROL TERMODINAMIKA SENYAWA ORGANIK

Beberapa reaksi kimia mempunyai kemampuan untuk menghasilkan lebih dari satu produk. Jumlah relatif dari produk yang dihasilkan lebih sering tergantung pada kondisi reaksi saat reaksi berlangsung. Perubahan pada jumlah reaktan, waktu, temperatur, dan kondisi yang lain dapat memperngaruhi distribusi pembentukan produk dari reaksi kimia tersebut. Alasannya dapat dimengerti dari dua konsep penting yaitu:
            1. Stabilitas relatif secara termodinamik dari produk yang dihasilkan.
            2. Kecepatan relatif secara kinetik pada saat produk terbentukKontrol termodinamika atau kinetika dalam reaksi kimia dapat menentukan komposisi campuran produk reaksi ketika jalur bersaing mengarah pada produk yang berbeda serta selektivitas dari pengaruh kondisi reaksi tersebut.Kondisi reaksi seperti suhu, tekanan atau pelarut mempengaruhi jalur reaksi; maka dari itu kontrol termodinamik maupun kinetik adalah satu kesatuan dalam dalam suatu reaksi kimia.Kedua kontrol reaksi ini disebut sebagai faktor termodinamika dan faktor kinetika, dapat diuraikan sebagai berikut :
1.Faktor termodinamika (adanya stabilitas realtif dari produk)
Pada suhu tinggi, reaksi berada di bawah kendali termodinamika (ekuilibrium, kondisi reversibel) dan produk utama berada dalam sistem lebih stabil.
2.Faktor kinetik (kecepatan pembentukan produk)
Pada temperatur rendah, reaksi ini di bawah kontrol kinetik (tingkat, kondisi irreversible) dan produk utama adalah produk yang dihasilkan dari reaksi tercepat.
Pengertian kinetik dan termodinamik enolat
            Senyawa karbonil yang memiliki H alfa jika diperlakukan pada kondisi asam, akan
membentuk enol, sedangkan pada kondisi basa membentuk ion enolat. Kondisi asam 3
 termasuk kontrol termodinamik karena mengacu pada kestabilan intermediet (enol).
Sedangkan kondisi basa, termasuk kontrol kinetik karena mengacu pada terbentuknya

ion enolat yang berjalan cepat.



Termodinamik untuk Reaksi
Untuk terjadinya reaksi secara spontan, energi bebas produk harus lebih rendah daripada energi bebas reaktan, yakni ∆G harus negatif. Reaksi dapat saja berlangsung melalui jalan lain, tapi tentu saja hanya jika energi bebas ditambahkan. Energi bebas terbuat dari dua komponen yaitu entalpi H dan entropi S. Kuantitas tersebut dihubungkan dengan persamaan:
G = ∆HTS
Perubahan entalpi dalam suatu reaksi terutama adalah perbedaan energi ikat (meliputi energi resonansi, tegangan, dan solvasi) antara reaktan dengan produk. Perubahan entalpi dapat dihitung dengan menjumlahkan semua energi ikatan yang putus, kemudian dikurangi dengan jumlah energi semua ikatan yang terbentuk, dan ditambahkan dengan perubahan energi resonansi, tegangan, atau energi solvasi.

 Enolat kinetik vs. termodinamik

Jika keton taksimetris diberikan basa, ia mempunyai potensi membentuk dua enolat yang bersifat regioisomer (dengan menghiraukan geometri enolat). Sebagai contoh:
http://library.kiwix.org/wikipedia_id_all/I/Enolateregio1-id.png
Enolat yang ter-trisubstitusi dianggap sebagai enolat kinetik, sedangkan enolat yang ter-tetrasubstitusi dianggap sebagai enolat termodinamik. Hidrogen alfa yang terdeprotonasi membentuk enolat kinetik kurang terhalang, sehingga terdeprotonasi lebih cepat. Secara umum, olefin yang ter-tetrasubstitusi lebih stabil daripada olefin yang ter-trisubtitusi oleh karena stabilisasi hiperkonjugasi. Rasio dari regioisomer enolat ini sangat dipengaruhi oleh pilihan basa yang digunakan. Untuk contoh di atas, kontrol kinetik dapat dilakukan dengan menggunakan LDA pada -78 °C, menghasilkan selektivitas 99:1 untuk enolat kinetik:termodinamik, sedangkan kontrol termodinamik dapat dilakukan dengan menggunakan trifenilmetillitium pada suhu kamar, menghasilkan selektivitas 10:90.
Secara umum, enolat kinetik lebih difavoritkan pada kondisi temperatur yang rendah, ikatan logam-oksigen yang relatif ion, dan deprotonasi cepat menggunakan basa yang kuat dan terhalang, yang sedikit berlebihan, sedangkan enolat termodinamik lebih difavoritkan pada kondisi temperatur yang lebih tinggi, ikatan logam-oksigen yang relatif kovalen, dan waktu kesetimbangan yang lebih lama untuk deprotonasi dengan menggunakan basa kuat yang kadarnya sedikit berlebih dari jumlah sub-stoikiometri reaksi. Penggunaan jumlah sub-stoikiometri basa mengijinkan sebagian kecil senyawa karbonil yang tidak terenolisasi menyeimbangkan enolat menjadi regioisomer termodinamik dengan berperan sebagai ulang alik proton (proton shuffle).
             



Sabtu, 21 Desember 2013

senyawa kompleks


Pengertian Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks atau sering disebut dengan kompleks koordinasi adalah senyawa yang mengandung atom atau ion (biasanya logam) yang dikelilingi oleh molekul atau anion, biasanya disebut dengan ligan atau agen pengompleks.Contoh senyawa kompleks adalah cisplatin, yang mempunyai empat ligan, yaitu dua ligan klorido dan dua ligan amina.
senyawa kompleks
Cisplatin dengan rumus PtCl2(NH3)2 merupakan atom platina yang mengikat empat ligan.
Sejarah Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks telah dikenal manusia sejak awal kemunculan ilmu kimia, misalnya adanya warna biru prusia (Prussian blue). Terobosan utama terjadi ketika Alfred Werner mengusulkan sebuah teori pada tahun 1893 bahwa Co(III) dapat mengikat enam ligan dalam geometri oktahedral. Teorinya memungkinkan peneliti untuk memahami perbedaan antara ikatan ion dan ikatan koordinasi dalam suatu senyawa, misalnya klorida dalam kobalt amina klorida dan dapat menjelaskan banyaknya isomer yang belum pernah dijelaskan sebelumnya.

Pada tahun 1914, Werner mengusulkan kompleks koordinasi pertama yang disebut heksol.Heksol mengandung isomer optik, dan mematahkan teori bahwa senyawa karbon saja yang bisa memiliki kiralitas.
Sifat Elektronik Senyawa Kompleks
Sifat-sifat kompleks logam ditentukan oleh struktur elektroniknya.Struktur elektronik dapat dijelaskan dengan model ionik yang mengandung muatan formal terhadap logam dan ligan.Pendekatan ini sering disebut sebagai Teori Medan Kristal (Crystal Field Theory, CFT).CFT diperkenalkan oleh Hans Bethe pada tahun 1929, yang menggunakan mekanika kuantum untuk menjelaskan senyawa kompleks.


Ada sebuah model yang lebih canggih yang menyangkut kovalensi, dan pendekatan ini disebut sebagai Teori Medan Ligan (Ligands Field Theory, LFT) dan teori orbital molekul (MO). Teori medan ligan, diperkenalkan pada tahun 1935 dan dibangun dari teori orbital molekul, dapat menjelaskan lebih luas tentang senyawa kompleks pada interaksi kovalen. 

Tata nama senyawa kompleks dikembangkan karena banyaknya jenis senyawa kompleks yang bermunculan akhir-akhir ini oleh beberapa penelitian. Dahulu penamaan senyawa kompleks didasarkan pada warna yang bersangkutan.Namun sekarang ada standarisasi penamaan senyawa kompleks oleh IUPAC. Pemberian nama senyawa kompleks menurut IUPAC untuk senyawa kompleks sederhana mengadopsi sistem penamaan Stock dan Ewens-Basset.
ion senyawa kompleks
Cr(NH3)63+ diberi nama ion heksaaminakromium(III) atau ion heksaaminakromium(3+)

aturan tata nama senyawa kompleks:
  1. Jika senyawa kompleks bersifat molekuler atau netral, namanya ditulis hanya satu kata saja. Jika bersifat ionik, maka nama kation dipisahkan dan dituliskan lebih dulu kemudian diikuti nama anionnya seperti tata nama garam biasa.
  2. Nama ligan ditulis lebih dulu dan selanjutnya diikuti nama atom pusatnya. Untuk menyatakan banyaknya ligan dipakai awalan di, tri, tetra, penta, dan heksa. Untuk ligan yang kompleks (biasanya ligan organik) memakai awalan bis, tris, tetrakis, pentakis, dan heksakis.
  3. Jika ligan lebih dari satu macam, biasanya ditulis berdasarkan urutan alfabetik nama ligan, tidak termasuk awalannya.
  4. Ligan negatif mendapatkan akhiran "o" bagi nama kelompok aslinya yang berakhiran "at"maupun "it" dan akhiran "o (ido)" sebagai ganti akhiran "a (ida)" dari nama asli kelompoknya, sedangkan ligan netral sesuai nama molekulnya kecuali ligan-ligan khusus seperti H2O = aqua,NH3 = amina, CO = karbonil, NO = nitrosil.
  5. Nama atom pusat selalu diikuti langsung tanpa spasi dengan:
    • tingkat oksidasi yang ditulis dengan angka romawi di dalam tanda kurung kecil ()
    • muatan ion kompleks yang bersangkutan yang ditulis dengan angka arab yang diikuti tanda plus atau minus di dalam tanda kurung kecil ()
    • tingkat oksidasi (a) atau muatan ion (b) tidak perlu dituliskan jika penamaan menerapkan sistem stoikiometrik.
  6. Jika ion kompleks berupa anion, nama atom pusat diambil dari nama latinnya dengan akhiran"at" sebagai tambahan atau pengganti akhiran "um" atau "ium". Tetapi jika ion kompleks berupa kation atau kompleks netral, nama atom pusat sama dengan nama unsurnya.
  7. Alternatif lain adalah dengan menyebutkan proporsi stoikiometri entitas ion yang bersangkutan sebagai awalan pada kedua ionnya.

Berikut ini contoh penerapan tata nama senyawa kompleks:
Rumus Molekul
Nama Senyawa Kompleks

CaCl2.2H2O
kalsium klorida dihidrat (nama garam biasa)
K4[Fe(CN)6]
kalium heksasianidoferat(II) atau kalium heksasianidoferat(4-) atau tetrakalium heksasianidoferat
[Cu(H2O)2(NH3)4]SO4
tetraaminadiaquatembaga(II) sulfat atau tetraaminadiaquatembaga(2+) sulfat

[CoCl2(NH3)4]Cl
tetraaminadikloridokobalt(III) klorida atau tetraaminadikloridokobalt(1+) klorida
[Co(H2O)6]2+
ion heksaaquakobalt(II) atau ion heksaaquakobalt(2+)
[Cr(NH3)6](NO3)3
heksaaminakromium(III) nitrat atau heksaaminakromium(3+) nitrat
Co(py)2(NH3)2(NO2)2]NO3
diaminadinitrodipiridinkobalt (III) nitrat
[Ni(en)3](SO2)
trisetilendiaminanikel(II) sulfat atau trisetilendiaminanikel(2+) sulfat

Tatanama senyawa kompleks terbagai menjadi dua jenis yakni sistematik dan tata nama umum. Dalam menuliskan ligan biasanya atom donor ditulis dibagian depan kecuali untuk bebebrapa ligan seperti H2O, H2S dan H2Te.
Tata Nama Sistematik
Tata nama sistematik dibagi menjadi dua cara yakni
1.      Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan yang ada serta nama atom pusat beserta tingkat oksidasinya, dimana senyawa kompleks yang ada bilangan oksidasinya ditulis dengan angka Romawi. Anggka Romawi yang diberikan disebut angka Stock.
2.      Tata nama yang didasarkan atas nama dan jumlah ligan, nama atom pusat serta muatan dari kompleks yang ada. Angka arab yang digunakan dapat berupa tanda positif atau negatif yang menunjukan muatan ion kompleks, angka Arab ini disebut angka Ewens-Bassett.
Tata Nama Umum
Kini tata nama umum kini jarang bahkan tidak digunakan lagi. Nama umum untuk senyawa kompleks atau senyawa koordinasi didasarkan atas nama penemu atau warna yang dimiliki senyawa tersebut.
Berikut adalah contoh senyawa yang didasarkan atas nama penemunya:
Garam Vauquelin
:
[Pd(NH3)4] [PdCl4]
Garam Magnus
:
[Pt(NH3)4] [PtCl4]
Senyawa Gmelin
:
[Co(NH3)6]2(C2O4)3
Garam Zeise
:
K[PtCl3(C2H4)].H2O
Sedangkan nama senyawa kompleks yang didasarkan atas warna yang dimiliki adalah:
Biru prusia (prusian blue)
:
KFe[Fe(CN)6].H2O
Kompleks luteo (kuning)
:
[Co(NH3)5Cl]Cl2
Kompleks praseo (hijau)
:
[Co(NH3)4Cl2]
Alasan-alasan nama umum jarang digunakan atau tidak digunakan:
1.      Banyak senyawa kompleks yang berbeda disintesis oleh orang yang sama
2.      Banyak senyawa kompleks yang berbeda namun memiliki warna yang sama.
Tata Nama Senyawa Kompleks Netral
1.      Nama senyawa kompleks netral ditulis dalam satu kata.
2.      Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan
3.      Menulis atau menyebut nama atom pusat serta bilangan oksidasi dari atom pusatyang ditulis dengan anggka Romawi. Dan bilangan oksidasi atom pusat yang harganya nol tidak perlu dituliskan.
Contoh
[Co(NH3)3(NO2)3]
:
triaminatrinotrokobaltt(III)
[Ni(CO)4]
:
tetrakarbonilnikel
[Fe(CO)5]
:
pentakarbonilbesi
[Fe(CO)2(NO)2]
:
dikarbonildinitrosilbesi
[Co(CO)3(NO)]
:
trikarbonilnitrosilkobalt
Keterangan: triaminatrinotrokobaltt(III) merupakan kompleks dengan biloks = 0, selain itu merupakan kompleks dengan biloks 1.
Senyawa Kompleks Ionik
Senyawa kompleks ionik kation sebagai ion kopleks
penamaannya adalah sebagai berikut:
1.      Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion
2.      Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki
3.      Menulis atau menyebut nama atom pusat diikuti bilangan oksidasi yang ditulis dalam anggka Romawi.
Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut:
1.      Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion
2.      Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki
3.      Menulis atau menyebut nama serta muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan anggka Arab.
Contoh
Kompleks
Spesi yang ada
Nama
[Cu(NH3)4]2+
Cu2+ dan 4NH3
ion tetraaminatembaga(II), atau Ion tetraaminatembaga(2+)
[Co(NH3)4Cl2]+
Co3+, 4NH3, dan 2Cl‾
ion tetraaminadiklorokobalt(II) atau ion tetraaminadiklorokobalt(1+)
[Pt(NH3)4]2+
Pt2+, dan 4NH3
ion tetraaminaplatina(II) atau iontetraaminaplatina(2+)
[Ru(NH3)5(NO2)]+
Ru2+, 5NH3, dan NO2
ion pentaaminanitrorutenium(II) atau ion pentaaminanitrorutenium(1+)
Senyawa kompleks ionik anion sebagai ion kopleks
Penamaannya adalah sebagai berikut
1.      Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion
2.      Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki
3.      Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau ium diganti –at kemudian diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka Romawi.
Selain cara di atas penamaan dapat dilakukan dengan cara berikut
1.      Diawali dengan menulis atau menyebut kata ion
2.      Menulis atau menyebut nama dan jumlah ligan yang dimiliki
3.      Menulis atau menyebut nama atom pusat dalam bahasa latin dengan akhiran –um atau ium diganti –at kemudian diikuti muatan dari ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.
Contoh
kompleks
Spesi yang ada
Nama
[PtCl4]2
Pt2+ dan 4Cl‾
Ion tetrakloroplatinat(I) atau ion tetrakloroplatinat(2-)
[Ni(CN)4]2
Ni2+ dan 4CN‾
Ion tetrasianonikelat(II) atau ion tetrasianonikelat(2-)
[Co(CN)6]3
Co3+ dan 6CN‾
Ion heksasianokobaltat(III) atau ion heksasianokobaltat(3-)
[CrF6]3
Cr3+ dan 6F‾
Ion heksafluorokromat(III) atau ion heksasianofluorokromat(3-)
[MgBr4]2
Mg2+ dan 4Br‾
Ion tetrabromomagnesat(II) atau Ion tetrabromomagnesat(2-)
Senyawa kompleks ionik kation dan anion sebagai ion kompleks
Penamaannya adalah menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti bilangan oksidasi atom pusat yang ditulis dalam anggka Romawi atau menulis atau menyebut nama dan jumlah kation terlebih dahulu kemudian nama anion diikuti muatan ion kompleks yang ditulis dengan angka Arab.
Contoh
K3[Fe(CN)6]3
:
Kalium heksasianoferat(III) atau kalium heksasianoferat(3-)
K4[Fe(CN)6]
:
Kalium heksasianoferat(II) atau kalium heksasianoferat(4-)
[CoN3(NH3)5]SO4
:
Pentaaminaazidokobalt(III) sulfat atau Pentaaminaazidokobalt(2+) sulfat
[Cu(NH3)4]SO4
:
Pentaaminatembaga(II) sulfat atau Pentaaminatembaga(2+) sulfat
[Cu(NH3)4] [PtCl4]
:
Tetraaminatembaga(II) tetrakloroplatinat(II) atau tetraamina tembaga(2+) tetrakloroplatinat(2-)
[Co(NH3)6] [Cr(CN)6]
:
Heksaaminakobalt(III) heksasianokromat(III) atau heksasianokobalt(3+) heksasianokromat(3-)

Agar senyawa kompleks dapat bermuatan netral, maka ion kompleks dari senyawa tersebut, akan bergabung dengan ion lain yang disebut counter ion. Jika ion kompleks bermu-atan positif, maka counter ion pasti akan bermuatan negative dan sebaliknya.
1. Ion Kompleks
Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan yang terikat olehnya. Struktur dari ion kompleks tergantung dari 3 karakteristik, yaitu bilangan koordinasi, geometri dan banyaknya atom penyumbang setiap ligan:
a.BilanganKoordinasi
Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung oleh atom pusat. Bilangan koordinasi dari Co3+ dalam senyawa [Co(NH3)6]3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh atom pusat yaitu Co3+. Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering muncul adalah 6, tetapi terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan tidak me-nutup kemungkinan bilangan yang lebih besar pun bisa muncul.
b. Geometri
Bentuk (geometri) dari ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasi dan ion logam itu sendiri.Tabel 23.6 memperlihatkan bahwa geometri ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasinya 2, 4, dan 6, dengan be-berapa contohnya. Sebuah ion kom-pleks yang mana ion logamnya mem-iliki bilangan koordinasi 2, seperti [Ag(NH3)2]+, memiliki bentuk yang linier.
c. Atom Pusat
Tidak semua logam membentuk senyawa kompleks.hanya logam-logam yang memiliki orbital kosong untuk menampung donor dari ligan.
Atom Pusat : atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan. Biasanya berupa ion logam, terutama logam golongan transisi (Fe2+, Fe3+, Cu2+, Co3+, dll)) yang memiliki orbital (d) yang kosong.
d. Ligan
Ligan adalah molekul/ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks.harus memiliki PEB. interaksi antar atom logam dan ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi asam basa-lewis.
Kegunaan senyawa kompleks dalam bidang industi,kimia analitik,dan kesehatan

 Beberapa aplikasi atau penggunaan senyawa koordinasi atau senyawa kompleks yaitu dalam dunia industri, kimia analitik  dan kesehatan.
A.    Dalam Industri
1.      Proses Fotografi
Film foto pada dasarnya merupakan emulsi perak bromide dalam gelatin.Bila film terkena cahaya, butiran perak bromida teraktifkan sesuai dengan tingkatan cahaya yang mengenainya. Jika film sudah terkena cahaya ini diletakkan pada larutan pengembang (pereduksi lemah, misalnya hidrokuinon C6H4(OH)2, butir perak bromide yang teraktifkan membentuk logam perak bromide hitam. Butir-butir yang tidak teraktifkan pada bagian yang tidak terkena cahaya tidak berpengaruh.Hal ini ini menghasilkan bayangan foto.
Proses fotografi inibelum selesai, butir-butir perak bromide yang tak teraktifkan dapat tereduksi menjadi logam perak hitam bila terkena cahaya. Bayangan film harus difikasi (diikat).Hal ini menyebabkan logam perak hitam yang dihasilkan dari pengembangan melekat pada film dan perak hitam yang dihasilkan dari pengembangan melekat pada film dan perak bromide sisa dihilangkan (dicuci). “pengikat” yang digunakan umumnya adalah Natrium tiosulfat. Pada proses pengikatan ini., AgBr (p) dilarutkan dan ion perak kompleks tercuci.
AgBr (s)  +  2 S2O32-  → [Ag(S2O3)2]3-  +  Br-

2.      Penyepuhan
Larutan elektrolit yang digunakan pada penyepuhan komersial amat rumit komposisinya.Setiap komponen memainkan peranan dalam pembentukan hasil akhir berupa penyepuhan yang halus dan mengkilat.Beberapa logam, misalnya, tembaga, perak dan emas, umumnya disepuhkan dari larutan ion kompleks siano.Pada reaksi elektrolisis di bawah ini obyek yang disepuh dibuat sebagai katode dan batang tembaga sebagai anode.
Anode : Cu  +  4CN-  → [Cu(CN)4]3-  +  e-
Katode: [Cu(CN)4]3-  +  e-  → Cu + 4 CN-
Perubahan bersih secara sederhana mencakup pemindahan logam tembaga Cu dari ion kompleks [Cu(CN)4]3-. Keuntungan lain dari penyepuhan tembaga Cu dari larutan [Cu(CN)4]3-. Keuntungan lain dari penyepuhan tembaga Cu dari larutan [Cu(CN)4]3-  ialah pembentukan 1 mol tembaga per Faraday, bukan ½ mol per Faraday jika digunakan larutan Cu2+.

3.      Pengasingan Ion Logam
Ion logam dapat berlaku sebagai katalis reaksi-reaksi yang tak dikehendaki pada proses industry, atau dapat mengubah sifat-sifat bahan dalam proses industri. Sehingga, dianggap penting untuk membersihkan air dari logam-logam pengotor.Logam pengotor ini, misalnya Cu2+, biasanya hanya terdapat dalam jumlah kecil.Pengendapan ion logam ini dari larutan dapat dilakukan bila Ksp pengendapannya sangat kecil.
Salah satu metode pengolahan air melibatkan pengkelatan.Pengkelat yang banyak dipakai ialah garam asam ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA), misalnya garam natriumnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlHAWl8pDmYIM6k0DNMeh8W2rTssJXifEQhYRdAJ-0bzhUl-lCQyBG6kIYTJaupo4KUOD6w0aHirWF3wEHVFLqf9BD5508JKciWIVTY-IaiGV89q8v3W36G_oX42jruarGlaCTWu_6gtdX/s1600/EDTA.png
Gambar 1. Garam natrium EDTA
Sebagai gambaran, tetapan pembentukan [Ca(EDTA)]2- dan [Mg(EDTA)]2- cukup besar (Kf= 4 x 1010 dan 4 x 108) sehingga konsentrasi Ca2+ (aq) dan Mg2+ (aq) dapat diturunkan ke titik dimana ion ini tidak mengendap jika ditambahkan pereaksi umum, seperti sabun.
1.      Pencegahan dan pemecahan kerak yang dibentuk oleh logam
Ligan Heksadentat EDTA merupakan zat pengelat yang mempunyai afinitas yang sangat kuat terhadap ion-ion logam tertentu dan dapat mengasingkan (sequester) ion-ion tersebut secara efektif dalam larutan (Oxtoby, 2003).Mekanisme pencegahan kerak meliputi Chelating, sequestration, complexation, antiprecipitation, protective colloid, threshold treatment, dispersan, deflocculant, antinucleation, dan lain-lain. Chelation adalah pembentukan senyawa kompleks dari ion logam dengan mengunakan molekul organic atau anorganik, senyawa kompleks tersebut dapat terlarut atau tak terlarut. Sequestration didefinisikan sebagai pembentukan senyawa kompleks terlarut dari suatu logam. Sequestering agent yang biasa dipakai antara lain nitrilotriacetic acid (NTA), ethylene diamine tetraacetic (EDTA), hydrotyethyl ethylene diamine triacetic acid (HEDTA), dan lin-lin. Bila sequestering agent ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam maka senyawa kompleks akan terbentuk, pembentukan kerak tidak terjadi karena ion logam telah terkomplekkan. Senyawa kompleks tersebut mempunyai nilai stabilitas tertentu, yang dinyatakan dalam konstanta stabilitas kation yang terkomplekkan.Bila ada dua atau lebih ion logam dalam larutan sebagaimana yang terjadi pada air alam, terdapat rekasi kompetisi terhadap sequestering agent.Reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dan sequestring agent merupakan reaksi setimbang, dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain pH, temperature, jenis dan konsentrasi padatan terlarut, dan lain-lain.Banyak kation dapat dikomplekkan pada suatu kondisi tetap.
Sequestring agent jenis EDTA atau NTA saat ini banyak digunakan khususnya dalam pengolahan air boiler. EDTA dan NTA membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan banyak kation pengganggu pembentuk kerak dan deposit seperti Ca2+, Mg2+, Fe3+, Fe2+, Cu2+, dan lain-lain. Bila dalam larutan terdapat beberapa kation dan konsentrasi molar dari sequestering agent melebihi nilai total konsentrasi molar ion-ion logam, bahan tersebut akan membentuk kompleks dengan ion logam yang memiliki afinitas yang lebih kuat. Afinitas ion-ion logam terhadap sequestering agent EDTA mempunyai nilai yang berbeda dan besarnya sesuai dengan urutan sebagai berikut:

Na+ < Ba2+ < Mg2+ < Ca2+ < Fe2+ < Cu2+ < Fe3+

Jadi EDTA akan membentuk senyawa kompleks lebih besar dengan ion kalsium dari pada dengan ion magnesium, juga lebih besar dengan Fe2+ dari pada dengan ion kalsium. Reaksi pembentukan kompleks ion logam dengan EDTA mengikuti persamaan sebagai berikut :

4M+  +  H4EDTA ↔ M4-EDTA + 4H+

Untuk pengkomplekan setiap satu ppm ion magnesium dibutuhkan EDTA sebanyak 12 ppm, dan untuk pengomplekkan setiap 1 ppm ion kalsium diperlukan EDTA sebanyak 7,4 ppm, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 2.

Tabel 2.Konsentrasi EDTA dan garam natriumnya yang dibutuhkan untuk mengomplekkan 1 ppm ion kalsium, ion magnesium, dan ion barium.
Bahan pengomplek
Kelarutan g/100 ml H2O-79 0F
pH larutan air
Jumlah (ppm) yang dibutuhkan untuk mengkomplekkan 1 ppm logam alkali tanah
Mg2+
Ca2+
Ba2+
EDTA
0,02
2,3
12
7,4
2,1
Disodium etilen diamin tetra asetat dihidrat
11,1
5
15,4
9,5
2,7
Trisodium etilen diamin tetra asetat mono hidrat
57
8,4
15,6
9,6
2,8
Tetrasodium etilen diamin tetra asetat dihidrat
103,9
10,3
16,9
10,4
3

                                                                                                      (Salimin, 2006)




2. Metalurgi
Dalam metalurgi, ekstraksi perak dan emas dengan pembentukan senyawa kompleks siano dari bijihnya dan pemurnian logam nikel menjadi senyawa kompleks karbonil merupakan contoh yang khas bagi manfaat senyawa kompleks dalam proses ini.  Dalam bijih logam yang mengandung emas atau perak sekalipun kecil kadarnya, keduanya dapat dipisahkan secara ekstraksi dengan larutan sianida dalam air yaitu dengan membentuk senyawa kompleks yang larut.
4Au (s)  + 8CN- (aq) +  O2 (g) +  2H2O (l--> 4[Au(CN)2]- (aq)  +  4OH -(aq)
Selanjutnya ion kompleks ini dipisahkan dari material-material tak larut yang lain dengan penyaringan (biasanya dengan penambahan ion Na+), kemudian ke dalam larutan senyawa kompleks ditambahkan logam elektropositif Zn sehingga terjadi pemisahan emas:
2 [Au(CN)2]- (aq)  +  Zn (s)        -->        [Zn(CN)4]- (aq)  +  2 Au (s)
Metode distilasi fraksional yang sangat terkenal adalah proses Mond (Ludwig Mond, 1839 - 1909 ahli kimia Inggris dari Jerman) untuk pemurnian logam nikel.  Gas karbonmonoksida dialirkan lewat logam nikel yang tidak murni pada temperatur sekitar 70 oC sehingga terbentuk senyawa kompleks [Ni(CO)4] yang sangat volatil (mudah menguap, titik didih ≈ 43oC), tetapi sangat beracun.  
Ni (s)     +          4 CO (g)            -->        [Ni(CO)4]  (g)
Selanjutnya senyawa kompleks ini dapat dipisahkan dari senyawa-senyawa lain yang lebih sukar menguap dengan destilasi.   Pemanasan lebih lanjut senyawa kompleks ini pada 200 oC akan diperoleh logam murni Ni, dan gas CO yang dibebaskan dapat dipakai ulang dalam proses pengambilan logam Ni.  
Ni(CO)4]  (g)     -->       Ni (s)  +  4 CO (g)           
                               
A.Dalam kimia analitik
1. Analisis Kualitatif
Pada pemisahan dan pengenalan kation dalam bagan analisa kualitatif Ag+, Pb2+, dan Hg22+ mula-mula diendapkan sebagai klorida. Seluruh kation umum yang lain membentuk klorida yang dapat larut. PbCl2 (p) dipisahkan dari AgCl (p) dan HgCl2 (p) berdasar kelarutannya yang lebih besar di dalam air panas.AgCl (p) dipisahkan dari Hg2Cl2 (p) berdasar kelarutannya dalam NH3 (aq).
Pada bagian lain bagan analisis kualitatif diinginkan untuk mengendapkan CdS sebagai Sulfida dengan penambahan Cu2+. Pada keadaan biasa, Cu2+ akan mengendapkan serentak dengan Cd2+, sebab Ksp untuk CuS lebih kecil dari pada CdS. (6,3 x 10-36 dengan 8 x 10-27). Tetapi dengan penambahan CN- berlebih sebelum penjenuhan dengan H2S, pemisahan antara kedua kation terjadi, sesuai reaksi berikut :
Cd2+  +  4CN-  → [Cd(CN)4]2-   Kf = 7,1 x 1018
2Cu2+  +  10 CN-  → 2 [Cu(CN)4]3-  +  C2N2 (g)
Reaksi diatas merupakan rekasi oksidasi reduksi dimana Cu2+ direduksi menjadi Cu+ dan terkompleks dengan CN-. Ion kompleks [Cu(CN)4]3- sangat mantap, dimana nilai Kf adalah 1 x 1028. Konsentrasi Cu+ bebas pada kesetimbangan dengan ion kompleks sangat rendah.Jika suatu larutan yang mengandung ion kompleks ini dijenuhkan dengan H2S, Ksp untuk Cu2S tidak tercapai. Sebaliknya, pada kondisi yang sama Cd2+] pada kesetimbangan dengan [Cd(CN)4]2- cukup besar sehingga Ksp CdS tercapai.

2.Penetuan kesadahan air dengan Titrasi EDTA
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kejadian total tersebut dapat dianalisis secara terpisah misalnya dengan metode AAS (Automic Absorption Spectrophotometry).
Asam Ethylenediaminetetraacetic dan garam sodium ini (singkatan EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Hitam T atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi.Untuk mememastikankan ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA.pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking dengan H2S.EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol.Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg oleh karena itu EDTA direkomendasikan. http://ginoest.wordpress.com

B. Bidang Kesehatan
3.Terapi khelasi
Terapi khelasi adalah metode pengobatan dengan menggunakan bahan utama EDTA (Ethylene Diamine Tetracetik Acid ) dan nutrien lain yang dilarutkan dalam 500 ml larutan infus steril, kemudian dimasukan ke dalam tubuh langsung melalui pembuluh darah vena. Terapi khelasi berasal dari kata yunani “ CHELE “ yang berarti capit , sehingga prinsip terapi khelasi ini adalah mencapit dimana yang dicapit disini adalah logam-logam berat yang banyak masuk kedalam tubuh manusia karena berbagai polusi seperti timah hitam, aluminium,merkuri,kadmium,dan bahan-bahan kimiawi lainnya.

Polutan tersebut dapat masuk kedalam tubuh kita dan beredar dalam pembuluh darah melalui polusi asap industri, makanan modern seperti makanan kaleng,bahan pengawet,bahan pewarna,bahan penyedap, dll. Terapi khelasi ini lebih bersifat detoksifikasi atau menghilangkan dan menetralkan racun yang masuk kedalam tubuh kita yang mengakibatkan proses atherosklerosis tersebut. Bahan – bahan polutan dalam tubuh yang telah dicapit oleh EDTA akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui ginjal sebagai urine dalam keadaan masih seperti aslinya tanpa dimetabolisme. Keuntungan terapi khelasi :
Ø  Memperbaiki fungsi organ tubuh secara alamiah dengan membersihkan zat-zat beracun dari dalam tubuh dan memperbaiki aliran darah.
Ø  Memperbaiki organ – organ secara menyeluruh tidak hanya satu organ saja
Ø  Vitalitas setelah khelasi meningkat
Ø  Biaya lebih ringan dibanding dengan operasi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVXS2Td5m_MkzKhudDhPVp9N6XTM9aKuzcKy70EvlQn7Ldo8El1In_I7T5RZaDUIlmKtuNdXlND7L0L2IbETmKi7vjEt0l1ehdNxH_H-yumJSX5qh5nXIEZoXSq_oM6Jq2JjGhsxfydZXs/s1600/EDTA+1.png


Gambar 2.  EDTA

1.      Kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) sebagai pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh manusia
Pengobatan utama untuk orang-orang yang memiliki kadar timbal dalam darah cukup tinggi atau yang memiliki gejala keracunan yaitu dengan terapi khelasi. Pengobatan kekurangan zat besi, kalsium, dan seng yang diiringi dengan meningkatnya penyerapan timbal, adalah bagian dari pengobatan untuk keracunan timbal. Ketika bahan makanan yang mengandung timbal masuk kedalam saluran pencernaan (dibuktikan dengan sinar-X), seluruh proses dalam usus, cathartics, endoscopi, atau bahkan mungkin pembedahan digunakan untuk menghilangkannya dari usus dan pencegahan penyebaran lebih lanjut. Jika terdapat timbal dalam otak Anticonvultans dapat diberikan untuk mengendalikan kekejangan dan pengobatan untuk mengendalikan pembengkakan otak termasuk kortikosteroid dan manitol. Pengobatan keracunan timbal organic meliputi proses menghilangkan timbal dari kulit, pencegahan penyebaran lebih lanjut, mengobati kejang dan mungkin terapi khelasi untuk orang dengan konsentrasi timbal dalam darahnya tinggi dengan kadar timbal darah di atas 25 ug / dL (Wikipedia, 2010).


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy-PixAt_kul1Wa_0FMNR1JZeOuyFIBhgdvC6xsksz11wV8B3dbqB41gI3PbHL37SeTt5Wolr8biBmsE4DcFZRR0Qy6KDDZDdm0wBjbHmcdfuLS8InDf1sQJOLgBRukos9-nIyMC591B0u/s320/CaNa2EDTA.png


Gambar 3.struktur CaNa2EDTA
Untuk mengeluarkan Pb dari dalam tubuh maka tingkat ekskresi harus dinaikkan.Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan khelat.Zat khelat yang dipakai untuk membuang logam beracun (timbal) dari dalam tubuh harus membentuk senyawa yang stabil dengan ion logam tersebut.Adapun khelat yang cocok untuk digunakan adalah Kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang merupakan senyawa kompleks.Zat pengkhelat ini hanya cocok untuk orang dewasa, sedangkan pada anak-anak jarang digunakan zat ini. Di dalam tubuh, kalsium (Ca) akan digantikan oleh timbal (Pb) karena bisa membentuk senyawa yang lebih stabil dengan EDTA. Kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) ini dalam bentuk infus yang diberikan kepada penderita keracunan timbal (Pb). Faktor yang menentikan stabilitas kompleks adalah berdasarkan pada sifat-sifat baik agen khelating dan logam khelat.Stabilitas konstan kompleks dapat secara kuantitatif dinyatakan dalam nilai persamaan kesetimbangan, yang tergantung pada struktur atom dari logam khelated. Sebagai contoh, konstanta stabilitas untuk logam berbeda dengan EDTA berada pada skala yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Stabilitas logam terhadap EDTA
Metal
Na
Li
Ba
Sr
Mg
Ca
Mn
Fe
Co
Zn
Cd
Pb
Ni
K (log)
1,7
2,8
7,8
8,6
8,7
10,6
13,4
14,4
16,1
16,1
16,4
18,3
18,4

dimana logam dengan k konstan yang lebih tinggi bersaing untuk agen chelating dengan logam nilai stabilitas lebih rendah dan akhirnya menghapus kedua
Pemberian kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) yang akan mengkhelat timbal (Pb) dari tulang dan jaringan lunak, sehingga membentuk ion kompleks PbNa2EDTA yang stabil dan secara cepat juga akan diekskresikan melaui urin.  CaNa2EDTA merupakan kompleks dan Pb merupakan ion logam. Berdasarkan deret volta sifat reduktor Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca. Hal ini berarti kemampuan oksidasi Pb lebih kecil dibandingkan dengan Ca sehingga posisi Ca di EDTA akan digantikan oleh Pb. Sehingga Pb2+ akan berikatan dengan Na2EDTA dan terbentuk kompleks PbNa2EDTA yang stabil . Akibatnya Pb akan keluar dalam bentuk larutan berupa air seni. Sedangkan Ca2+ akan tertinggal dalam tubuh sebagai zat gizi. Jadi kompleks kalsium disodium EDTA (CaNa2EDTA) dapat digunakan sebagai pengikat logam timbal (Pb) dalam tubuh manusia sehingga timbal (Pb) yang bersifat racun dapat keluar dari dalam tubuh manusia tersebut.  Pertukaran tersebut terjadi sebab [Pb Na2(EDTA)] (Kf = 1 x 1018) lebih mantap dibanding [Ca Na2(EDTA)]2- (Kf = 4 x 1010).
Pb2+  +  [CaNa2(EDTA)]  → [PbNa2(EDTA)]  +  Ca2+ 
Derajat kemantapan yang tinggi dari kompleks EDTA dan beberapa lainnya dapat dijelaskan dengan adanya cincin kelat beranggotakan lima dalam kompleks tersebut (Flora, 2010).

1.      EDTA sebagai antikoagulan
Dalam dunia kedokteran darah sangat diperlukan untuk pemeriksaan penyakit secara medis.Darah cepat membeku, oleh karena itu diperlukan suatu zat yang dapat membuat darah tidak membeku untuk mempermudah pemeriksaan secara labororium. Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan .Jika tes membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan.Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot.Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis.
Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis pemeriksaan tertentu. Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan disbanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb. K2EDTA biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya harus tepat.Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi.Sebaliknya, bila EDTA kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan pencampuran/homogenisasi dengan cara membolak-balikkan tabung dengan lembut sebanyak 6 kali untuk menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah.